Senin, 22 Maret 2010

Seputar Keutamaan Akhlaq


Seputar Keutamaan Akhlaq

diriwatkan oleh Anas bahwa seseorang bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW, “ Wahai Rasulullah,
siapakah di antara orang-orang beriman
yang paling utamanya Imannya? “ Beliau menjawab ;
“ Yaitu mereka yang paling baik akhlaknya . “ ( HR. Ibnu Majah ).

Akhlak yang baik adalah keutamaan sejarah hidup hamba,sehingga mutiara-mutiara seseorang nampak. Manusia itu terlapisi oleh pisiknya, namun terungkap oleh akhlaknya.

Syekh Abu Ali Ad-daqqaq berkata ; “ Allah SWT menganugrahi utusanNya ( Muhammad SAW ) dengan keistimewaan sifat Beliau, dengan pujian yang sama sekali tidak tidak pernah dipujikan kepada makhluk lain karena itu Allah SWT berfirman , “ bahwa sesungguhnya Beliau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.

Muhammas Al Wasithy mengatakan, “ Allah SWT memberi predikat beliau dengan akhlak yang agung, karena beliau melerakan diri dari dunia dan akhiratnya, dan merasa puas hanya dengan Allah semata-mata, “

Al-Husen bin Manshur menjelaskan , “ Akhlak mulia adalah, bahwa engkau tidak terpengaruh kekasaran orang banyak, setelah engkau memperhatikan Akhlak.

Abu Sa’id Al-Karraz mengatakan ,” Akhlak mulia berarti engkau tidak mempunyai ciata-cita selain Allah SWT.

Al-Kattany menegaskan, “ Tasawuf adalah Akhlak. Barang siapa bertambah dalam akhlak, berarti bertambah pula dalam tasawuf.”

Al-Fudhail bin Iyad mengatakan , “ jika seseorang bertindak dengan Akhlak mulia dalam segala hal, tapi dia memperlakukan ayamnya dengan buruk, maka tidak dapat dianggap berakhlak baik.

Abdullah bin Muhammad Ar - Razy menyatakan , “ Akhlak berarti memandang rendah, bahwa engkau mencegah bahayaapaun yang datang darimu, serta mengagungkan yang datang dari Allah SWT. “
Syekh Al-Kirmany mengatakan,” sutu tanda Akhlak yang baik adalah, bahwa engkau mencegah bahaya dan secara rela menanggung kerugiannya yang mereka timpakan kepaamu.

Nabi SWT bersabda , “ engksu tidak akan dapat memberikan kebahagiaan orang lain dengan hartamu, karenanya berilah kebahagiaan dengan wajah yang manis dan Akhlak yang baik, “ ( HR . Al-Bazzar dan Hakim ).

Seorang bertanya kepada Dzu Nun Al; Misrhy, “ siapakah orang yang piling banyak cemas ? “ Ia menjawab, “ Orang yang paling buruk akhlaknya.

Wahb menegaskan, “ Jika seseorang mempraktekan akhlak mulia selama empat puluh hari, “ Allah akan menjadikan akhlak mulia sebagai sifat bawaan baginya. “

Dikatakan , “ Akhlak yang buruk menyempitkan hati pelakunya. Sebab ia tidak memberi ruang bagi apapun selain hawa nafsunya sendiri, dan hati menjadi sebuah ruangan sempit hanya cukup bagi pemiliknya. “

Dikatakan juga, “ suatu tanda keburukan akhlak Anda, manakala Anda hanya tertuju pada keburukan akhlak orang lain. “

Rasulullah SAW ditanya, “ apakah yang disebut celaka itu ? “ Beliau menjawab, “ Akhlak yang buruk .

Dikatakan, “ Akhlak yang baik berarti menanggung penderitaan dengan penuh kegembiraan. “

BEBERAPA CONTOH SEPUTAR AKHLAK SUFI

Yahya bin Ziyad Al-Haritsy ditanya berkaitan dengan seorang budak yang buruk perilakunya,” mengapa engkau masih tetap memeliharanya ? “

Ia menjawab,” agar aku dapat belajar bermurah hati, “

Dikatakan bahwa anak-anak apabila melihat Uways Al Qarny, mereka selalu melemparinya dengan batu. Karena itu ia mengatakan kepda mereka, jika kalian memang harus melempariku, gunakanlah yang kecil agar kakiku tidak teluka, yang membuatku terhalang shalat. “

Suatu ketika seorang laki-laki memaki Al-Ahnaf bin Qays dan menghinanya. Orang itu mengikuti dibelakangnya. Ketika Al-Ahnaf sampai dekat lingkungan kediamannya sendiri, ia berhenti dan menasasehati orang tersebut, “ wqahai anak muda, jika engkau masih punya kata-kata untuk di ucapkan, katakanlah sekarang, sebelum salah seorang tetanggaku yang bodoh mendengar, dan menjawab kata-katamu.

Dikatakan bahwa Sa’id Al Hiry sedang melewati jalan menjelan tengah hari ketoka seseorang di atas atap menumpahkan seember debu ke atas kepalanya. Kawan – kawannya menjadi marah dan mulai menereaki orang yang menumpahkan abu itu.”

Sa’id berkata, “ jangan mengatakan apa-apa ! orang yang layak memperoleh neraka. Tapi hanya dikenai abu saja, tidak berhak untuk marah.”

Diceritakan, Ibrahim bin Adham pergi kesalah satu padang pasir yang luas. Tiba-tiba seorang tentara muncul dihadapannya dan bertanya, “ dimana kampung yang paling ramai

Ibrahim menunjuk kerah kuburan. Si tentara itu lalu memukul kepala ibrahim bin Adham, ketika ia akhirnya melepaskan ibrahim, seseorang mengatakan kepadanya, “ itu tadi Ibrahim bin Adham, sufi dari Khurasan.”

Tentara itu lalu meminta maaf kepada ibrahim bin Adham, ibrahim berkata, “ krtika engkau memukulku, aku berdo’a kepada Allah SWT agar memasukanmu kedalam surga. “ tentara itu bertanya, “ Mengapa ? “

Ibrahim menjawab, “ aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena pukulanmu. Aku tidak ingin nasibku menjadi baik dengan kerugianmu, dan perhitungan amalmu menjadi buruk karena diriku.”

Diriwayatkan, ada seseorang mengundang Sa’id bin Ismail Al-Hiry ke rumahnya. Ketika Sa’id muncul di muka pintu, orang itu mengatakan kepadanya, “ Wahai Seikh, ini bukan waktu yang baik bagi tuan untuk

masuk kedalam rumahku. Maaf, silahkan pergi.”
Ketika Sa’id datang lagi kerumahnya, orang tersebut menyuruhnya pergi lagiseraya mengatakan, “ Maaf, tuan . “ ia menyuruh Sa’id supaya dtang lagi pada suatuwaktu tertentu. Orang itu mengatakan hal yang sama. ( peristiwa itu sampai terulang empat kali ).

Akhirnya orang itu menjelaskan, “ Wahai Seikh, aku hanya ingin menguji anda. Ia lalu meminta maaf kepada Sa’id lalu memuji-mujinya. Tapi Sa’id berkata, “ jangan memujiku karena sifat yang juga dimiliki oleh seekor anjing. Jika anjing dipanggil dia datang jika dia diusir dia pergi.”

Ibrahim bin adham ditanya, “ apakah anda pernah merasa senang di dunia ini ? “ ia menjawab, “ Ya, dua kali. Yang pertama, ketika aku sedang duduk dan seorang laki-laki mengencingiku. Yang kedua, ketika aku sedang duduk dan seorang laki-;aki datang menamparku.”

Diceritakan bahwa ketika Ma’ruf Al-Karkhy pergi berwudhu, ia meletakan Al-Qur’an dan jubahnya. Tiba-tiba seorang wanita datang dan membawa benda miliknya. Ma’ruf mengikutinya dari belakang lalu berkata, “ Wahai saudaraku, engka tidak apa-apa dengan perbuatanmu ini. Apaka engkau punya seorang anak laki-laki yang dapat membaca Al-Qur’an ? “

Tidak, “ jawab wanita itu, Ma’ruf lalu berkata, “ kalu begitu berikanlah Al-Qur’an itu, kembalikan kepadaku. Sedangkang jubah, silahkan ambil. “

Diceritakan bahwa Abdullah Al-Khayyath mempunyai pelanggan jahitan baju seorang majusi. Orang itu biada membayarnya dengan uang dhirham palsu dan Abdullah menerima saja. Suatu hari saat Abdullah sedang sibuk disuraunya, orang Majusi itu datang untuk mengambil pakaian pesanannya dan coba membayarnya dengan dhirham-dhirham palsu, yang diberikan kepada muridnya.

Namun oleh si murid di tolak. Akhirnya terpaksa si Majusi membayar dengan dirham asli, ketika abdullah datang, ia bertanya kepada muridnya. “ dimana pakaian pesanan orang Majusi itu? “

Simurid menceritakan apa yang telah terjadi, Abdullah marah kepada muridnya tersebut katanya, “ engkau telah melakukan kesalahan. Selama beberapa waktu, kami telah melakukan binis dengan caranya itu, dan aku bersabar saja. Dirham-dirham palsu itu biasa kulemparkan kedalam sumur, agar ia tidak menipu orang lain, selai diriku, “ ( disarikan dari kitab Rasalatul Qusyairiyah, karya Imam Al- Qusyairy An-Naisabury ).

Tidak ada komentar: